Mengelola Aset Property
Selasa, 01 Februari 2011
Bila investor ingin membeli properti sudah termasuk tanah di mana bangunan tersebut berdiri dan nilainya sangat bervariasi. Ada harga tanah sama dengan harga bangunan, atau harga tanah lebih tinggi dari harga bangunan, atau harga tanah lebih rendah dari nilai bangunan. Jenis properti yang dapat dibuat menjadi bisnis, antara lain rumah, rumah toko (ruko), gudang, mal, hotel, gedung perkantoran, resor, dan apartemen.
Bila investor berinvestasi pada properti wajib melakukan diversifikasi agar risikonya kecil dan memperoleh keuntungan. Diversifikasi pada properti menggunakan konsep lokasi dan jenis, misalnya berupa perkantoran, perumahan, dan pergudangan.
Bila ingin berinvestasi pada resor, biasanya dibangun di daerah pegunungan dan pantai untuk wisatawan berlibur atau istirahat pada akhir minggu. Demikian juga pergudangan, bila di tengah kota tidak menguntungkan sehingga sebaiknya di dekat daerah bandara atau pelabuhan laut. Beberapa investor berpengalaman dalam properti membuat pergudangan di pinggiran dekat jalan tol sehingga barang yang disimpan bisa dikirim ke tempat tujuan melalui jalan tol.
Hotel sebagai investasi didirikan pada daerah perkotaan atau tempat liburan, jarang di pinggiran kota yang kemungkinan tidak ada konsumen yang datang. Hotel mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai tempat istirahat dan menginap serta tempat berdiskusi berbagai hal.
Tempat tinggal dapat didirikan di tengah kota berupa apartemen atau kondominium atau di pinggiran kota. Lokasi sebaiknya dekat dengan sarana transportasi agar beban pengeluaran peminat/investor tidak harus bertambah.
Pegang dan jual
Mengelola properti sebagai bisnis atau menjadi investasi berarti ada periode saat properti "dipegang" dan dijual. Sebagai bisnis, investor menyewakan propertinya kepada pihak lain. Umumnya penyewa selalu menginginkan properti di lokasi yang strategis.
Lokasi properti juga menentukan besarnya uang sewa. Lokasi yang strategis akan menghasilkan sewa lebih mahal, bahkan sewa yang diperoleh hampir sama dengan bunga dari dana yang diinvestasikan pada properti tersebut yang berarti investor memperoleh keuntungan sangat besar. Bila investor memilih lokasi yang strategis dan bila harga pembelian sangat murah, maka tingkat pengembalian yang diterima sangat tinggi.
Bila nilai sewa yang diperoleh tidak sama dengan tingkat bungaberlaku, maka nilai sewa tersebut harus minimal separuh tingkat bunga berlaku. Misalnya, bila nilai properti sekitar Rp 1 miliar, maka nilai sewa yang diperoleh sekitar Rp 50 juta setiap tahunnya. Tetapi, karena letak properti tidak strategis, nilai sewa yang diperoleh 3%-5%
dari nilai investasi properti tersebut setiap tahun.
Selanjutnya, bila investor ingin berinvestasi dan memungut keuntungan di kemudian hari, maka properti tersebut harus strategis dan telah dihitung kenaikan harganya selama dipegang. Pada saat dipegang, properti tersebut harus disewakan dan besarnya sewa sebaiknya sesuai uraian sebelumnya.
Bila properti tidak disewakan dan ditunggu sampai terjual, maka tingkat pengembalian rendah karena bangunan akan rusak atau semakin kecil harganya. Properti tersebut akan sangat terawat bila ada yang menempati sehingga harga properti akan lebih tinggi dibandingkan dengan kosong selamanya. Dalam kasus ini, investor harus mempunyai perhitungan besarnya kenaikan harga properti selama dipegang.
Rumusan yang dapat digunakan, yaitu minimum tingkat bunga pada deposito ditambah risiko yang ditolerir investor atas investasi pada properti. Bila tingkat bunga secara rata-rata selama periode dipegang sebesar 8%, maka investor harus mempunyai tingkat pengembalian rata-rata lebih tinggi dari 8% dan premiumnya minimum 4%-6%.
Siklus
Untuk mendapat hasil penjualan properti maksimal dan dapat memberi hasil sesuai harapan, maka investor harus memahami siklus properti bersangkutan. Biasanya, harga properti sangat rendah bila tingkat bunga sangat tinggi, situasi ekonomi tidak baik. Harga properti akan tinggi bila tingkat bunga rendah dan ada kelebihan dana yang tinggi di perbankan. Situasi ekonomi harus dipahami dengan bertanya kepada ahli ekonomi dan siklus properti didiskusikan kepada ahli properti yang memahami ekonomi.
Investor juga harus memahami liku-liku penjualan properti untuk mendapat keuntungan maksimal dan perpajakan properti agar dapat menentukan harga dan keuntungan yang diinginkan. Peraturan pajak menyebutkan, setiap properti yang dibeli atau dijual dikenai pajak PPHTB sebesar 5%. Karena itu, investor harus mempunyai nilai properti 10% ditambah tingkat pengembalian yang diinginkan. Berdasarkan penelitian berbagai properti, sebaiknya properti harus dipegang minimum tiga tahun agar terjadi tingkat pengembalian yang diinginkan.
Properti dapat dipergunakan investor untuk investasi dalam rangka persiapan dana sekolah anak-anak di kemudian hari atau bahkan untuk warisan. Bila strategi ini yang dipergunakan, maka investor harus juga memperhitungkan kenaikan harga properti dan harga awal sudah bisa memenuhi kebutuhan sekolah tersebut. Informasi ini didapat melalui hasil penelitian dari ahli properti atau bank data properti.
Dengan demikian, dalam mengelola properti investor harusmemiliki informasi lokasi yang strategis. Informasi dapat juga diperoleh melalui media massa dan investor juga harus tidak lupa mengecek kebijakan pertanahan dan properti di daerah bersangkutan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar